ABSTRAK
Yodium merupakan zat yang dibutuhkan untuk tubuh agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit terutama penyakit yang dapat ditimbulkan karena kekurangan yodium yaitu penyakit gondok. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga di Kelurahan Ulak Karang Selatan Kota Padang Tahun 2011.
Desain yang digunakan adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini ibu rumah tangga di Kelurahan Ulak Karang Selatan Kota Padang dengan sampel sebanyak 99 sampel yang diperoleh dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Data primer dikumpulkan dengan kuesioner dan iodine test, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian diperoleh, pendidikan ibu tinggi yang menggunakan garam beryodium (96,8%), pendapatan keluarga tinggi yang menggunakan garam beryodium (96,2%), pengetahuan ibu kurang baik yang menggunakan garam beryodium (88,9%), sikap ibu yang menggunakan garam beryodium positif (92%). Hasil uji Chi-square didapat hubungan bermakna antara pendidikan dan pendapatan keluarga dengan penggunaan garam beryodium di rumah. Dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap ibu dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga.
Diharapkan kepada para ibu-ibu rumah tangga untuk dapat meningkatkan pengetahuan lebih baik lagi tentang penggunaan garam beryodium di rumah tangga, sehingga dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang apa itu garam beryodium dapat meningkatkan juga kesadaran para ibu-ibu untuk menggunakan garam beryodium di rumah tangga mereka.
Diharapkan kepada para ibu-ibu rumah tangga untuk dapat meningkatkan pengetahuan lebih baik lagi tentang penggunaan garam beryodium di rumah tangga, sehingga dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang apa itu garam beryodium dapat meningkatkan juga kesadaran para ibu-ibu untuk menggunakan garam beryodium di rumah tangga mereka.
LATAR BELAKANG
Rendahnya status gizi masyarakat masih banyak dialami oleh beberapa Negara berkembang termasuk di Indonesia. Faktor yang ditimbulkan akibat kurang gizi ini sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi dari Negara yang bersangkutan atau Negara yang sedang berkembang. Salah satu masalah kurang gizi di Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang merupakan masalah serius bagi masyarakat mengingat dampak yang ditimbulkan bagi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Gangguan yang akan segera nampak adalah adanya pembesaran kelenjar gondok. Gangguan kurang garam atau yodium yang lain dapat berupa gangguan mental, kelemahan fisik, keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan memiliki keturunan atau anak, kerusakan perkembangan system syaraf, peningkatan kematian anak atau risiko terjadinya abortus. Semua gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktivitas kerja pada orang dewasa serta munculnya berbagai masalah ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembanguna. Rendahnya penggunaan garam beryodium di masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang garam beryodium.
Survey Nasional Pemetaan GAKY di seluruh Indonesia pada tahun 1998 ditemukan 33 % Kecamatan di Indonesia masuk kategori endemik, 21 % endemik ringan, 5 % endemik sedang dan 7 % endemik berat. Prevalensi GAKY pada anak sekolah dasar nasional pada tahun 1990 sebesar 27,7 % terjadi penurunan menjadi 9,3 % pada tahun 1998. Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur tercatat sebagai daerah yang dikategorikan sebagai daerah gondok endemik berat, yaitu angka prevalensi Total Goiter Rate ( TGR ) lebih dari 30 %, disusul oleh propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah gondok dengan endemik sedang ( TGR 20%-29,9%). Di Sumatera Barat ditemukan prevalensi pembesaran kelenjar gondok anak sekolah yang masih tinggi yaitu berkisar dari 12%-44,1% dan ditemukan TGR juga tinggi di daerah pantai. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1,1 % sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0,7 %.
Propinsi Sumatera Barat termasuk daerah endemik berat, bahkan tergolong sangat berat pada tahun 1980/1982 dengan TGR 74,7 % dan pada tahun 1987 masih tergolong tinggi walaupun telah terjadi penurunan yang sangat mengesankan yaitu dengan TGR 33,7 %. Namun, dengan adanya berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah tiap tahunnya, maka berdasarkan hasil pemetaan GAKY tahun 1998, TGR Propinsi Sumatera Barat turun menjadi 20,5% ( endemik sedang).
Pada survey pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Kota Padang, prevalensi GAKY di Kota Padang merupakan kasus yang amat menarik untuk dikaji karena diwilayah pantai Kota Padang terjadi kenaikan prevalensi GAKY yang sangat bremakna dalam 15 tahun terakhir yaitu dari 8,5% tahun 1988 naik menjadi 16,8 % pada tahun 1998, meningkat terus menjadi 21,5% pada tahun 2002, bahkan pada survey pemetaan tahun 2006 ditemukan angka yang cukup mengagetkan karena hanya berselang 4 tahun naik menjadi 26,4% dan pada tahun 2009 walaupun telah terjadi penurunan prevalensi TGR yaitu 21,4%.
Hasil survey konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga secara nasional pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 18,53% rumah tangga mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium > 30 ppm, masih sedikit rumah tangga yang menggunakan garam beryodium sesuai dengan anjuran kandungan yodium yang baik yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan. Tahun 2003 sebanyak 73,24% rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium >30 ppm.
Hasil survey pada tahun 2009 menunjukkan persentase desa atau kelurahan dengan garam beryodium yang baik di Sumatera Barat terdapat di Kab. Pasaman, Kab. Padang Panjang, Kab. Bukittinggi, Kab. Payakumbuh, dan Kab. Solok dengan persentase 100 %. Sedangkan, untuk penggunaan garam beryodium yang kurang baik terdapat di Kota Padang dengan persentase 27,88%.
Hasil survey pada tahun 2008 persentase desa atau kelurahan dengan penggunaan garam beryodium di Kota Padang hampir keseluruhan mencapai 100 % hanya beberapa kelurahan yang mengalami persentase yang kurang baik yaitu Nanggalo, Belimbing dan Bungus. Tetapi pada hasil survey pada tahun 2009 daerah-daerah yang mengalami persentase penggunaan garam beryodium yang kurang baik tersebut terjadi peningkatan menjadi 100 %, dan justru ada beberapa daerah yang pada tahun 2008 penggunaan garam beryodiumnya yang baik justru terjadi penurunan seperti di Kelurahan Ulak Karang Selatan yang pada tahun 2008 persentasenya 100 % turun menjadi 50% pada tahun 2009. Ulak karang itu sendiri terletak di daerah pinggir pantai dimana di Sebalah Barat berbatas dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur dengan Kelurahan Gunung Pangilun, Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Ulak Karang Utara dan Sebelah Selatan berbatas dengan Lolong Belanti.
Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti ingin mengetahui tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga di Kelurahan Ulak Karang Selatan Kota Padang Tahun 2011.
Gangguan yang akan segera nampak adalah adanya pembesaran kelenjar gondok. Gangguan kurang garam atau yodium yang lain dapat berupa gangguan mental, kelemahan fisik, keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan memiliki keturunan atau anak, kerusakan perkembangan system syaraf, peningkatan kematian anak atau risiko terjadinya abortus. Semua gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktivitas kerja pada orang dewasa serta munculnya berbagai masalah ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembanguna. Rendahnya penggunaan garam beryodium di masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang garam beryodium.
Survey Nasional Pemetaan GAKY di seluruh Indonesia pada tahun 1998 ditemukan 33 % Kecamatan di Indonesia masuk kategori endemik, 21 % endemik ringan, 5 % endemik sedang dan 7 % endemik berat. Prevalensi GAKY pada anak sekolah dasar nasional pada tahun 1990 sebesar 27,7 % terjadi penurunan menjadi 9,3 % pada tahun 1998. Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur tercatat sebagai daerah yang dikategorikan sebagai daerah gondok endemik berat, yaitu angka prevalensi Total Goiter Rate ( TGR ) lebih dari 30 %, disusul oleh propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah gondok dengan endemik sedang ( TGR 20%-29,9%). Di Sumatera Barat ditemukan prevalensi pembesaran kelenjar gondok anak sekolah yang masih tinggi yaitu berkisar dari 12%-44,1% dan ditemukan TGR juga tinggi di daerah pantai. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1,1 % sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0,7 %.
Propinsi Sumatera Barat termasuk daerah endemik berat, bahkan tergolong sangat berat pada tahun 1980/1982 dengan TGR 74,7 % dan pada tahun 1987 masih tergolong tinggi walaupun telah terjadi penurunan yang sangat mengesankan yaitu dengan TGR 33,7 %. Namun, dengan adanya berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah tiap tahunnya, maka berdasarkan hasil pemetaan GAKY tahun 1998, TGR Propinsi Sumatera Barat turun menjadi 20,5% ( endemik sedang).
Pada survey pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Kota Padang, prevalensi GAKY di Kota Padang merupakan kasus yang amat menarik untuk dikaji karena diwilayah pantai Kota Padang terjadi kenaikan prevalensi GAKY yang sangat bremakna dalam 15 tahun terakhir yaitu dari 8,5% tahun 1988 naik menjadi 16,8 % pada tahun 1998, meningkat terus menjadi 21,5% pada tahun 2002, bahkan pada survey pemetaan tahun 2006 ditemukan angka yang cukup mengagetkan karena hanya berselang 4 tahun naik menjadi 26,4% dan pada tahun 2009 walaupun telah terjadi penurunan prevalensi TGR yaitu 21,4%.
Hasil survey konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga secara nasional pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 18,53% rumah tangga mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium > 30 ppm, masih sedikit rumah tangga yang menggunakan garam beryodium sesuai dengan anjuran kandungan yodium yang baik yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan. Tahun 2003 sebanyak 73,24% rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium >30 ppm.
Hasil survey pada tahun 2009 menunjukkan persentase desa atau kelurahan dengan garam beryodium yang baik di Sumatera Barat terdapat di Kab. Pasaman, Kab. Padang Panjang, Kab. Bukittinggi, Kab. Payakumbuh, dan Kab. Solok dengan persentase 100 %. Sedangkan, untuk penggunaan garam beryodium yang kurang baik terdapat di Kota Padang dengan persentase 27,88%.
Hasil survey pada tahun 2008 persentase desa atau kelurahan dengan penggunaan garam beryodium di Kota Padang hampir keseluruhan mencapai 100 % hanya beberapa kelurahan yang mengalami persentase yang kurang baik yaitu Nanggalo, Belimbing dan Bungus. Tetapi pada hasil survey pada tahun 2009 daerah-daerah yang mengalami persentase penggunaan garam beryodium yang kurang baik tersebut terjadi peningkatan menjadi 100 %, dan justru ada beberapa daerah yang pada tahun 2008 penggunaan garam beryodiumnya yang baik justru terjadi penurunan seperti di Kelurahan Ulak Karang Selatan yang pada tahun 2008 persentasenya 100 % turun menjadi 50% pada tahun 2009. Ulak karang itu sendiri terletak di daerah pinggir pantai dimana di Sebalah Barat berbatas dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur dengan Kelurahan Gunung Pangilun, Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Ulak Karang Utara dan Sebelah Selatan berbatas dengan Lolong Belanti.
Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti ingin mengetahui tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga di Kelurahan Ulak Karang Selatan Kota Padang Tahun 2011.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Unit Analisis dalam penelitian ini adalah para ibu-ibu rumah tangga. Sampel sebanyak 99 orang yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen terdiri dari pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga sedangkan variabel dependennya penggunaan garam beryodium. Hasil pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data melalui tahap:
Tahap 1 Mengecek kelengkapan data
Tahap 2 Memberi Kode pada kuesioner
Tahap 3 Entry data
Tahap 4 Pengecekan data selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis dibagi dalam tiga bentuk yaitu analisis univariat untuk menilihat gambaran masing-masing variabel, analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen menggunakan Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Bila p < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen terdiri dari pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga sedangkan variabel dependennya penggunaan garam beryodium. Hasil pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data melalui tahap:
Tahap 1 Mengecek kelengkapan data
Tahap 2 Memberi Kode pada kuesioner
Tahap 3 Entry data
Tahap 4 Pengecekan data selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis dibagi dalam tiga bentuk yaitu analisis univariat untuk menilihat gambaran masing-masing variabel, analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen menggunakan Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Bila p < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan garam beryodium mendapatkan hasil nilai p > 0,05 yang berarti secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan garam beryodium. Selain itu, dapat diketahui pengetahuan para ibu tentang penggunaan garam beryodium kurang baik (64%).
Hubungan sikap ibu dengan penggunaan garam beryodium mendapatkan hasil nilai p> 0,05 yang berarti secara uji statistik juga tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan penggunaan garam beryodium. Namun, dapat diketahui bahwa sebagian besar sikap ibu tentang penggunaan garam beryodium di Kelurahan Ulak Karang Selatan ini positif (88%).
Hubungan pendidikan ibu dengan penggunaan garam beryodium mendapatkan hasil nilai p<0,05 yang berarti secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan garam beryodium dengan pendidikan para ibu. Pada umumnya para ibu tersebut berpendidikan tinggi (64%).
Hubungan pendapatan keluarga dengan penggunaan garam beryodium mendapatkan hasil nilai p<0,05 yang berarti secara statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga, dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga pada umumnya di Kelurahan Ulak Karang Selatan ini tinggi (79%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Dapat diketahui bahwa sebagian besar para ibu-ibu di Kelurahan Ulak Karang Selatan tersebut memiliki pengetahuan yang kurang baik, tetapi mereka memiliki sikap yang positif di dalam penggunaan garam beryodium dan memiliki pendidikan serta pendapatan keluarga yang tinggi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu serta sikap ibu tentang penggunaan garam beryodium di rumah tangga. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan pendapat keluarga dengan penggunaan garam beryodium di rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Kesehatan RI, 2005. Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
- Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
- Depkes RI, 2009. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat
- Depkes RI, 2008. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat
- Winarno, 2004. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
- Isgiyanto, Awal, M. Kes, 2009. Teknik Pengambilan Sampel, Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.