BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejarah media penyiaran dunia dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah
media penyiaran sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai
penemuan teknologi berawal dari ditemukan radio oleh para ahli teknik di Eropa
dan Amerika.
Televisi dan radio dapat dikelompokan sebagai media
yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak
menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Artinya, siaran dari suatu media
televisi atau radio dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya
(menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai
waktu). Media penyiaran yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk
media massa yang efisien dalam mencapai audien dalam jumlah banyak. Karenanya
media penyiaran memegang peranan penting dalam lmu Komunikasi, khususnya kajian
komunikasi massa.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah
membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran Inggris.
Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya
semakin strategis. Penyelenggaraan penyiaran tentunya tidak terlepas dari
kaidah-kaidah umum penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku secara
universal. Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan
orbit satelit goestasioner yang merupakan sumber daya alam yang terbatas
sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien.[1]
Media massa seperti media cetak, radio, dan televisi
(TV) telah memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan output yang maksimal.
Namun, dalam konteks saat ini, media massa (cetak, TV, dan radio) yang
tergolong dalam kategori media konvensional tersebut kini makin berkurang
jumlah penggunanya. Seperti media massa yang ada di Inggris, akses internet di
Inggris mencapai 90%. Sehingga setiap rumah warga di Inggris dapat mengakses
internet.
Inggris yang dikenal sebagai old state, seakan tak
pernah puas untuk tetap eksis baik di dalam maupun luar negerinya demi mencari
sebuah pencitraan. Layaknya AS yang menjadikan demokrasi sebagai simbol dan
implementasi dalam menjalankan pemerintahannya, Inggris dalam hal ini juga
melakukan upaya untuk mendapatkan pengaruh maupun perhatian dari dunia
internasional. Bentuk implementasi dari upaya tersebut bisa kita lihat melalui
peranan pemerintah atau negara dan masyarakat Inggris sendiri untuk mengenalkan
atau mempromosikan Inggris ke dunia International.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana struktur media
massa di Inggris masa kini?
1.2.2.
Teori-teori media massa
apa yang digunakan oleh Inggris?
1.2.3.
Fungsi dan peran apa saja
yang ada di dalam sistem pemerintahan Inggris mengenai media massa?
1.3.
Maksud
dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian yang ditulis
oleh peneliti ialah agar kita dapat mengetahui, mempelajari dan memahami
mengenai bagaimana struktur, fungsi dan peran media massa dalam sistem
pemerintahan Inggris masa kini, serta teori-teori media massa yang digunakan
oleh Inggris.
1.4.
Kegunaan
Penelitian
Penelitian ini diadakan guna untuk
menambah wawasan mengenaimengenai struktur, fungsi dan peran media massa di
Inggris masa kini, serta teori-teori media massa yang digunakan oleh Inggris.
BAB
II
PEMBAHASAN
Inggris adalah sebuah negara kesatuan (Unitary State)
dengan sebutan united kingdom yang terdiri dari: England, Wales, dan Irlandia
utara. Pemerintahannya terbentuk Monarki dan sistem kenegaraan yang
terdesentralisasi. Negara Inggris menganut sistem pemerintahan parlementer
dimana kekuasaan pemerintah terdapatpada perdana menteri dan menteri (bisa juga
disebut kabinet). Sedangkan kekuasaan sebagai kepala negara berada di tangan
ratu. Seperti teori dari sistem pemerintahan parlementer, ratu tidak mempunyai
kekuasaan politik karena ratu hanya berperan sebagai simbol kedaulatan dan
persatuan negara. Negara yang terbentuk pada 01 Mei 1707 ini menerapkan sistem
pemerintahan parlementer dengan bentuk Monarki Konstitusional.[2]
Inggris menggunakan media massa untuk mengenalkan atau
mempromosikan Inggris ke dunia International. Peneliti akan membahas struktur,
fungsi dan peran media massa di Inggris masa kini dan teori-teori media massa
yang digunakan oleh Inggris. Tetapi, peneliti akan membahas teori dan fungsi
media massa secara general.
Teori media massa
secara general, yaitu:
a. Teori
Masyarakat Massa.
Sebagai sumber informasi dan
panduan, keragaman ketergantungan pada media massa pada umumnya kelompok-elite
dalam masyarakat akan memiliki lebih
banyak kendali terhadap media, lebih banyak
akses kedalamnya, dan tidak terlalu dalam pada media jika dibandingkan dengan
masyarakat kebanyakan. Sementara kelompok elite cenderung untuk lebih memiliki
akses kepada sumber lain yang lebih cakap dan
kompeten, nonelite terpaksa bergantung pada media massa atau sumber
informasi perorangan yang biasanya kurang memadai. Media massa beragam dalam
hal kuantitas, persebaran, reabilitas dan otoritas. Untuk kondisi tertentu
dalam masyarakat, media massa akan lebih berperan dalam memberikan informasi
soal politik dibandingkan dalam kondisi atau masyarakat lainya.selanjutnya, terdapat pula keragaman
fungsi dari media massa untuk memenuhi berbagai kepentingan, selera, kebutuhan
dan sebagainya. Oleh karena itu, melahirkan teori masyaraka massa.[3]
Teori masyarakat massa
pertama kali muncul pada akhir abad ke 19 dan menitikberatkan pada adanya
hubungan timbal balik antar institusi yang memegang kekuasaan dan intergrasi
media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas. Isi media cenderung
melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Media juga
memiliki kecenderungan untuk membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya
sebagaimana adanya. Masyarakat massa dalam teori budaya merupakan suatu
masyarakat terdiri dari sejumlah besar orang yang sangat mudah dipengaruhi oleh
media massa dan birokrasi pemerintah. Satu contoh yang menggambarkan hal ini
dapat ditemukan dalam novel karya George Orwell pada tahun 1949 (Danesi, 2009 :
189).
Teori masyarakat massa memiliki beberapa asumsi dasar terkait
dengan individu, peran media, dan sifat perubahan sosial. Menurut Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis (2012
: 55), berikut adalah beberapa asumsi dasar teori masyarakat massa:
·
Media memiliki kekuatan memaksa dalam
masyarakat yang dapat menumbangkan norma-norma dan nilai-nilai hingga merusak
tatanan sosial. Untuk mengatasi bentuk ancaman ini media harus berada di bawah
kontrol elit.
·
Media secara langsung dapat mempengaruhi
pikiran orang dan mengubah pandangan mereka tentang dunia sosial.Ketika pikiran
orang diubah oleh media maka seluruh konsekuensi buruk dilihat sebagai hasil
yang tidak hanya membawa kehidupan individu pada kehancuran namun juga
menciptakan berbagai permasalahan sosial dalam skala besar.Rata-rata orang
sangat rapuh atau tidak berdaya menghadapi media karena dalam masyarakat massa
mereka diisolasi dari institusi sosial tradisional yang sebelumnya melindungi
mereka dari manipulasi media. Kekacauan sosial yang diinisiasi oleh media
kemungkinan akan diatasi dengan pembentukan tatanan sosial totaliter.
·
Media massa mau tidak mau memperdebatkan
bentuk budaya yang lebih tinggi, yang menyebabkan penurunan
peradaban secara umum.
Menurut
ahli fungsionalis T. Parsons, media massa memainkan peran
yang sangat vital dalam integrasi serta adaptasi yang dilakukan oleh
masyarakat. Lebih rinci, berikut adalah beberapa peran media massa dalam
masyarakat:
·
Media massa juga berperan dalam membawa serta mendesiminasikan atau
menyebarluaskan informasi kepada khalayak.
·
Media massa juga memiliki peran dalam mensosialisasikan tatanan sosial
melalui transmisi warisan budaya, berbagai norma dasar, dan nilai-nilai kepada
khalayak.
·
Media massa menyuguhkan berbagai kesenangan dan hiburan atau manajemen
stress.
·
Media massa menguatkan nilai-nilai ideal, keadilan, demokrasi,
menghormati hukum, kebebasan, dan individualisme
·
Media massa menyediakan integrasi sosial, pengawasan sosial, serta
memproduksi tatanan moral
Berikut adalah jenis media massa berdasarkan
waktunya:
·
Media
massa tradisional
Media massa tradisional menyampaikan informasi
yang didapat dari lingkungan dan telah diseleksi, diterjemahkan, kemudian baru
disebarluaskan kepada khalayak luas. Media massa tradisional merupakan
perantara yang mengirimkan informasinya melalui saluran tertentu dalam prosesnya.
Interaksi yang terjadi antara media massa dengan khalayak penerima pesan
cenderung sedikit, namun bukan berarti penerima pesan bersifat pasif. Penerima
pesan dalam media massa tradisional adalah bagian dari struktur sosial
masyarakat yang tidak pasif dalam menerima dan menyeleksi informasi yang
disampaikan. Dengan kata lain, penerima pesan dari media massa tradisional
tetap memiliki kekuatan dalam menyaring dan mempercayai informasi yang
diberikan media. Beberapa contoh media yang termasuk ke dalam media massa
tradisional adalah surat kabar, televisi, radio, dan film.
·
Media
massa modern
Media massa modern terbentuk seirinig dengan
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang memungkinkan munculnya berbagai
media baru dalam masyarakat, contohnya adalah internet dan telepon seluler atau
telepon genggam (handphone). Media massa modern bukan saja dipegang
dan dikuasai oleh lembaga tertentu, namun setiap individu dapat memberikan dan
menyebarkan informasi kepada khalayak ramai. Hal ini juga didukung dengan tidak
adanya perantara dalam interaksi yang terjadi antara pemberi dan penerima pesan
dalam media massa modern. Seperti pada media massa tradisional, sumber atau
pemberi pesan dalam media massa modern juga dapat menyampaikan dan menyebarkan
informasi kepada banyak orang sekaligus dengan cakupan yang luas. Namun berbeda
dengan media massa tradisional, dalam media massa modern penerima pesan yang
menentukan kapan terjadinya waktu interaksi dengan pemberi pesan. Komunikasi
yang terjadi dalam media massa modern pun bersifat mengalir dan dua arah,
dimana memungkinkan terjadi feedback langsung antara pemberi
dan penerima pesan.
Fungsi media massa secara general, yaitu:[4]
Media massa juga memiliki fungsinya sendiri dan
terdapat berbagai peran dalam pelaksaan fungsi tersebut. Berikut adalah fungsi
media massa sesuai dengan yang dijelaskan oleh Mc.Quail (1994):
·
Fungsi informasi, dimana media massa berperan dalam menyediakan dan
menyampaikan informasi mengenai berbagai peristiwa, kejadian, dan realita yang
terjadi di dalam masyarakat.
·
Fungsi kesinambungan, dimana media massa berperan penting dalam
mengakui, mengekspresikan, dan mendukung adanya budaya dominan dan budaya
khusus. Media masssa juga berperan dalam terbentuknya perkembangan budaya baru
yang ada di masyarakat, sekaligus tetap melestarikan nilai yang sudah ada.
·
Fungsi korelasi, dimana media massa menafsirkan dan menjelaskan
peristiwa yang terjadi berikut kemungkinan hubungan dengan hal atau peristiwa
lain yang terkait.
·
Fungsi mobilisasi, dimana media massa berperan dalam menyebarkan
informasi dan mengkampanyekan berbagai hal dalam bidang ekonomi, politik,
negara, agama, dan lain sebagainya.
·
Fungsi hiburan, dimana media massa memberikan hiburan kepada audience sebagai
sarana relaksasi dan pengalihan perhatian dari ketegangan sosial yang terjadi
di masyarakat.
1.
Struktur Media Massa di Inggris
Sistem Media Massa di Inggris.[5]
Perkembangan media massa
di Inggris mengalami perubahan dari otoriter menjadi liberitarian,
sistem pers otoriter pada abad ke 15 dimana pers hadir untuk mendukung Negara
dan pemerintah, berfungsi secara vertikal dari atas ke bawah dan penguasa
berhak menentukan apa yang akan disebar luaskan dengan monopoli kebenaran
dipihak penguasa. Sejak tahun1668 sistem pers Inggris diubah menjadi
liberitarian. Perubahan bentuk sistem pers ini sebagai bentuk pertentangan
terhadap sistem pers otoritarian yang tidak memberi ruang kebebasan dalam
berpendapat bagi masyarakat dan menambahkan fungsinya yang semula hanya
mendukung kebijakan pemerintah, sekarang sebagai alat control atas kebijakan
itu sendiri.
Struktur Media Massa di
Inggris[6]

2. Teori
Media Massa yang digunakan di Inggris
Inggris
menggunakan 2 teori media massa, yaitu teori globalisasi dan teori libertarian.
a. Teori
globalisasi
Teori
globalisasi menjelaskan bahwa antara negara ataupun negara dan masyarakat dalam
suatu negara tidak lagi terpisah namun saling berhubungan, akibatnya terjadi
proses internalisasi baik dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, budaya,
dll. Globalisasi mengakibatkan proses Interdependency, Interconnected, dan
Integrasi.[7]
Pada akhirnya negara tidak lagi memiliki batasan dan bukan lagi satu-satunya
aktor utama, karena terjadi peningkatan isu baik ekonomi, politik, dan budaya.
Dalam hal ini isu ideologi menjadi pudar, tidak
seperti pada perang dunia I dan II, dan kekuatan dunia tidak lagi
menjadi bipolar, seperti pada masa perang dingin, namun kekuatan tersebut
semakin menjadi multipolar.
Di era globalisasi
sekarang ini, isu seperti demokrasi menjadi relevan untuk diperbincangkan,
karena dua alasan pokok yakni, adanya pergeseran kekuasaan yang mendorong
pentingnya melakukan redefinisi atas peran negara.Dan menguatnya tatanan
neoliberal yang menciptakan kemiskinan dan ketimpangan dalam skala luas. Dengan
merujuk pada Stigliz, Puji rianto peneliti pada pusat penelitian media dan
budaya popular,[8]
mengemukakan bahwa adanya keuntungan dalam perdagangan bebas tidak bisa
dimanfaatkan oleh seluruh negara di dunia, karena kurangnya kapasitas informasi
yang sama. Hal ini menunjukkan peran media massa tidaklah menyeluruh, sehingga
perlu adanya informasi yang lebih terutama dari negara maju (Inggris, melalui
BBC) kepada negara berkembang, terutama dalam bidang Budaya, Ekonomi, dan
Politik untuk bagaimana melakukan perubahan di masing-masing negara.
b. Teori
libertarian
Teori
yang dikemukakan oleh Fred S. Siebert,[9]
yang mana teori ini turunan dari teori liberal, dengan asumsi dasarnya bahwa
manusia pada dasarnya ‘baik’. Dalam kaitannya dengan komunikasi, teori
libertarian ini berasumsi bahwa:
·
Kebenaran bukan hanya
berasal dari penguasa.
·
Pers bukan menjadi
instrument penguasa.
·
Pers bebas dari
intervensi penguasa.
·
Media massa sarana
pengawasan kebijakan pemerintah.
Dengan
berbagai asumsi yang dilontarkan oleh teori ini, menarik untuk dianalisa bahwa
Inggris yang menjadi salah satu negara
demokrasi menjadikan pers sebagai bagian dari proses kebijakan negara, baik
sebagai pengawas, maupun pengontrol kebijakan negaranya. Pers bukanlah alat
yang digunakan oleh pemerintah untuk mendukung setiap kebijakan yang diambil
seperti yang biasa digunakan oleh negara-negara otoritarian. Namun pers dalam
negara demokrasi (Inggris) tetap berjalan dalam kerangka dan fungsi pers itu
sendiri, seperti memberikan informasi kepada khalayak ramai, mendidik,
menghibur, mengontrol, sampai pada membuat opini publik. Dengan kata lain, pers
tetap berjalan sesuai dengan kode etik Pers. Jika kita kaitkan dengan BBC,
bagaimana BBC ini mampu menjalankan fungsinya dengan memberikan atau menyajikan
program baik dalam negeri Inggris maupun informasi seputar negara Inggris
kepada dunia Internasional. Tidak menutup kemungkinan bahwa BBC ini juga
menyampaikan berita terkait kasus politik, ekonomi, budaya, dll kepada dunia
internasional yang dapat dijadikan sebagai sarana diplomasi Inggris pada dunia
internasional. Inti dari teori libertarian ini adalah menghendaki adanya
kebebasan berpendapat termasuk kebebasan berekspresi melalui media massa, seperti
yang bisa kita baca dalam semboyan Patrick Hanry “Beri aku kebebasan, atau beri
aku kematian”.[10]
3. Fungsi
dan Peran Media Massa dalam Sistem Pemerintahan Inggris Masa Kini
a. Media
menyalurkan informasi terkait isu-isu politik
Media
masa memiliki hubungan erat dengan berbagai sektor pemerintahan di Inggris.
Salah satu buktinya adalah pada tahun 2015 setelah mayoritas partai konservatif
mendapatkan kemenangan di parlemen,
media sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan kebijakan yang akan dirumuskan.
Tidak bisa dipungkiri media sebagai sumber informasi menjadi begitu tinggi
dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini. Dalam hitungan menit,
khalayak bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Bagi lembaga seperti
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), jika tidak dikelola dengan baik, media bisa
menjadi lawan. Terlepas dari itu, media memiliki peran yang penting dalam
kegiatan-kegiatan yang ada di Dewan. Kemampuan media untuk mempengaruhi
khalayak dalam mengkonstruksi dan mendefinisikan realitas sosial, menjadi alat
yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh institusi seperti Dewan untuk membentuk
citra dan membangun kepercayaan publik.
Dalam
riset yang dilakukan oleh Hansard Society tahun 2005 di Parlemen Inggris,
kebanyakan media yang meliput masih bias dalam pemberitaan mereka. Media
cenderung fokus kepada berita-berita yang bersifat sensasi dan personal
dibandingkan dengan penjelasan substansial dan infromasi sebagaimana lazimnya
pemberitaan politik. Sejalan dengan itu, studi longitudinal yang dilakukan oleh
Lonneke van Noije, et.al (2007) melahirkan sebuah hipotesis
bahwa tidak hanya agenda media yang dipengaruhi oleh agenda parlemen,
tetapi agenda parlemen juga dipengaruhi oleh agenda media.
Hansard
Society dalam laporannya menyebutkan bahwa parlemen di Inggris belum
menyesuaikan diri untuk berubah sesuai dengan perubahan yang ada di masyarakat.
Maka dari itu, bukan dukungan dan partisipasi masyarakat yang muncul dari hari
ke hari melainkan adanya sinisme dan disengagement serta rendahnya
level kepuasan masyarakat terhadap parlemen di Inggris. Dalam konteks demokrasi
di Inggris, jika tren tersebut terus terjadi maka akan keseluruhan kehidupan
politik dan kewarganegaraan akan terancam. Informasi terkait parlemen Inggris
yang ada di media mainstream memang sangat terbatas. Dalam hasil
penelitian yang dirilis Hansard Society mengusulkan parlemen Inggris harus
segera menyesuaikan diri dengan memanfaatkan komunikasi modern dalam menjalin
komunikasi yang efektif. Parlemen adalah badan representatif yang utama, tanpa
adanya komunikasi yang jelas maka tidak akan ada representasi yang kuat.
Agenda
setting menjadi salah satu teori yang paling
signifikan melihat peran dan pengaruh media dalam politik. Dalam beberapa
kesempatan, model ini juga biasa disebut dengan mediatization of
politics. Jika dibandingkan dengan Pemerintah, relasi media dengan Dewan
seharusnya lebih kuat. Karena, Dewan terdiri dari berbagai elemen partai
politik yang memiliki agenda dan kepentingan masing-masing (Walgraveet.al.,
2008).
Demokrasi
yang menuntut pelibatan masyarakat dalam berbagai proses pengambilan keputusan
juga mempengaruhi relasi masyarakat dengan media dan politik. Salah satunya
adalah berkembangnya jurnalisme warga (citizen journalism). Parlemen
Inggris telah memperkenalkan konsep ini melalui citizen
engagement pada tahun 2012. Hal ini untuk meningkatkan pelibatan
masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan. DPR RI juga telah membuka ruang
ini dengan pengenalan akun resmi media sosial yang dikelola oleh Sekretariat
Jenderal. Langkah ini merupakan terobosan penting dan harus terus didorong
untuk dikembangkan dalam kerangka penguatan kelembagaan Dewan. Sebagai bagian
dari kegiatan jurnalistik, tentu kode etik jurnalisme harus terus dijunjung
tinggi.
b. Media
diplomasi
Contohnya,
BBC. BBC sebagai media diplomasi politik Inggris. Dilihat dari awal kemunculan
BBC ini, tepatnya pada 1 Januari 1927,
BBC berdiri dengan nama British Broadcasting Company, dan kemudian
bermetamorfosis menjadi British Broadcasting Corporation.[11]
Hal ini menunjukan adanya peran atau pengaruh yang besar dari BBC untuk
bagaimana membawa nama Inggris dimata Dunia Internasional. Perlu diketahui juga
bahwa, BBC pada awalnya bukan merupakan saluran komunikasi pemerintahan
Inggris, melainkan sebuah perusahaan pribadi yang menyiarkan pemberitaan
Inggris baik dalam skala politik, ekonomi, budaya, sosial, dll. Namun seiring
perkembangannya BBC mampu memberikan kontribusi yang lebih kepada pemerintahan
Inggris raya dan menjadi sebuah institusi nasional Inggris.
Melalui
sejarah BBC yang panjang, dengan pendiri Royal Charter dan pimpinannya Sir John
Reith,[12]
BBC mulai mengambil perannya untuk mengekspose berbagai pemberitaan mulai dari
isu Sosial, Budaya, Politik, Pendidikan, dll. Dimana program tersebut diambil
dari program nasional, dan regional, tetapi berita atau program yang diangkat
tersebut lebih mengarah kepada pemberitaan untuk bagaimana mengenalkan atau
mempromisikan negara Inggris secara keseluruhan. Dalam hal ini tidak hanya BBC
saja yang menjadi alat untuk saluran komunikasi, sebab terdapat beberapa
saluran komunikasi yang lain, namun penulis dalam hal ini mengangkat BBC yang
menjadi saluran komunikasi dan diplomasi Inggris kepada dunia internasional.
Dapat
kita lihat bagaimana Inggris dalam sistem pemerintahannya menganut sistem
kerajaan (Monarki Konstitusional) dan eksistensi kerajaan sampai saat ini masih
berlaku dan diterapkan oleh Inggris. Meskipun berbagai negara dibelahan bumi
telah melakukan transformasi politik menuju rezim demokrasi, hal ini tidak
menjadikan Inggris bergejolak untuk melakukan revolusi. Namun hal yang terjadi
adalah masyarakat Inggris menjadikan
sistem kerajaannya sebagai pemersatu bangsa Inggris. Seperti yang kita tahu,
Inggris menerapkan sistem kerajaan yang mana kekuasaan pemerintah berada di
tangan Perdana menteri dengan kabinetnya, dan Ratu sebagai Kepala Negara,
sekaligus simbol keagungan dan kedaulatan oleh pemerintah dan masyarakat
Inggris. Hal ini yang diangkat oleh BBC dengan memberitakan kepada dunia
internasional bahwa sekalipun terjadi revolusi dengan pergantian rezim
dariotoritarian menuju demokrasi, namun Inggris tetap dalam kondisi yang
stabil. Dengan menjadikan kerajaan sebagai bagian terpenting dalam
pemerintahan, yang mana kerajaan itu dijadikan sebagai simbol pemersatu dan
perdamaian bangsa. Menyinggung pada permasalahan konstitusi, Inggris tidak
menuliskan konstitusinyalayaknya Indonesia, namun konstitusi itu lahir melalui
titah Ratu. Dan hal ini tetap menjadi dasar hukum bagi masyarakat Inggris untuk
bagaimana masyarakat tunduk dan patuh terhadap konstitusi atau hukum yang
berlaku.
Hal
ini berarti, secara substansial masyarakat dan pemerintahan Inggris telah
menerapkan dan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi, meskipun dengan sistem
pemerintahan kerajaan. Pada akhirnya bisa kita simpulkan bahwa demokrasi tidak
hanya pada tataran pemerintahan, namun juga pada tataran negara, sebab
pemerintahan yang demokratis menggambarkan negara yang demokrasi, namun negara
yang demokrasi belum tentu mencapai pemerintahan yang demokratis. Sebab
pemerintahan itu rezim yang mana rezim itu bertumpu pada pencapaian kekuasaan.
BAB
III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Inggris merupakan negara kesatuan dengan menganut
sistem pemerintahan parlementer dan bentuk pemerintahan monarki konstitusional.
Perkembangan media massa di Inggris mengalami perubahan dari otoriter
menjadi liberitarian. Sehingga Inggris menggunakan teori libertarian dan teori
globalisasi mengenai teori media massa.
Inggris sendiri menjadikan media massa sebagai alat
untuk menyalurkan informasi terkait isu-isu politik di Inggris dan media
diplomasi Inggris. Contohnya, BBC sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan
kebijakan yang akan dirumuskan oleh parlemen. Serta BBC berperan untuk
bagaimana mengenalkan atau mempromosikan negara Inggris secara keseluruhan ke
masyarakat internasional.
Daftar Pustaka
1. Morrisan,
2008. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &. Televisi.
Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 31
2. Nafthah
Rizkyan. "Bentuk dan Sistem Pemerintahan Inggris", dalam
http://www.academia.edu/15549735/Bentuk_dan_Sistem_Pemerintahan_Negara_Inggris_United_Kingdom_Britanian_
diakses pada 20 Oktober 2017
3. Daryanto.
2014. Teori Komunikasi. Malang: PT. Gunung Samudera
4. https://pakarkomunikasi.com/media-massa-menurut-para-ahli
diakses 18 Oktober 2017
5. https://prezi.com/vuwfoeqjprv2/sistem-media-massa-di-inggris/
diakses pada 18 Oktober 2017
6. http://www.ablongman.com/stovall1e/chap06/tvstationorgchart.jpg
diakses pada 19 oktober 2017
7. Budi
Winarno. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: Caps. Hal: 16-17
8. Ibid.
Hal:
123
9. file.upi.edu/…/Teori_Komunikasi/TEORI-TEORI_Komunikasi_…
diakses 19 Oktober 2017
10. Walter
S.Jones. 1992. Logika Hubungan International-PersepsiNasional 1. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal: 55
11. Andrew
Crisell. 1997. An Introductory History of British Broadcasting. USA &
Canada: Routledge. Hal: 22
12. Ibid
[1] Morrisan, 2008. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio
&. Televisi. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 31
[2] Nafthah Rizkyan. "Bentuk dan Sistem Pemerintahan Inggris",
dalam
http://www.academia.edu/15549735/Bentuk_dan_Sistem_Pemerintahan_Negara_Inggris_United_Kingdom_Britanian_
diakses pada 20 Oktober 2017
[3] Daryanto. 2014. Teori Komunikasi. Malang: PT. Gunung Samudera
[4] https://pakarkomunikasi.com/media-massa-menurut-para-ahli diakses
18 Oktober 2017
[5] https://prezi.com/vuwfoeqjprv2/sistem-media-massa-di-inggris/
diakses pada 18 Oktober 2017
[6] http://www.ablongman.com/stovall1e/chap06/tvstationorgchart.jpg
diakses pada 19 oktober 2017
[7] Budi Winarno. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: Caps.
Hal: 16-17
[8] Ibid. Hal: 123
[9] file.upi.edu/…/Teori_Komunikasi/TEORI-TEORI_Komunikasi_… diakses 19
Oktober 2017
[10] Walter S.Jones. 1992. Logika Hubungan International-PersepsiNasional
1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal: 55
[11] Andrew Crisell. 1997. An Introductory History of British
Broadcasting. USA & Canada: Routledge. Hal: 22
[12] Ibid